“Menanti Berlian” itu judul
artikel sebuah blog teman yang menginspirasiku, membangkitkan semangatku dan
berhasil membuatku meneteskan air mata.
Bagaimana tidak setiap orang yang menikah pasti menginginkan mempunyai
keturunan yang sholeh dan sholehah. Tapi apa daya rencana Allah lebih baik dari
rencana manusia. Kurang lebih isi artikelnya di bawah ini :
Allah Maha baik. Terima kasih telah
menakdirkan masa hidup Nabi Ibrahim, Bapak Imran, dan Nabi Zakaria lebih dulu
dari masa hidup saya. Sehingga kisah mereka bisa menjadi pelajaran
terbaik buat saya dan para penanti lainnya. Mereka yang selalu berlaku
taat selama penantian. Dan mereka yang mengimani secara murni bahwa sabar itu
selalu berujung manis. Manis, karena akhirnya kesabaran dalam ketaatan mereka
dan ketaatan dalam kesabaran mereka berbuah keturunan yang sangat berkualitas,
walau harus melalui penantian yang tidak sebentar. Allah memang selalu adil.
“Kapan punya
anak?” Pertanyaan yang sering dan sangat wajar tertuju
kepada saya dari teman2, dari keluarga, dari semua orang yang tau saya tidak
gagu dan tuli, sehingga mungkin mereka pikir saya akan dengan mudahnya menjawab
pertanyaan mereka. Saya tidak muak ditanya seperti itu terus. Sungguh.
Bagaimana bisa saya muak dengan rasa sayang dan peduli orang2 terhadap saya?
Terima kasih. Senantiasalah bertanya, agar mudah bagi saya mengingat ketegaran
Sarah istri Ibrahim dan move on-nya Aisyah istri Muhammad.
Dulu saya sering menjawab, “Allah belum percaya kayanya sama gue. Masih
begajulan begini.” Atau “Mbak
Aisynya masih seneng ngumpet kayanya, gamau nemenin bundanya mondar-mandir
ngoass di rumah sakit.” Tapi oh ow, di atas sajadah suatu hari, saya
menemukan jawaban yang lebih sederhana, namun sepertinya lebih baik, “Insya Allah, sebentar lagi. Doain, ye.”
Bukankah Allah itu sesuai dengan prasangka hambaNya?”
Di atas sajadah suatu hari pula
tercecap, “Ketika kita sulit
mendapatkan suatu hal, sesungguhnya kita sedang dipermudah untuk mendapatkan
yang lain” Yup, terinspirasi dari alam nasyroh. Tidak perlu saya eja
satu-satu maksud dan contoh dari kalimat tersebut. Sangat jelas dan terang.
Untuk konteks penantian kami pun benderang. So, memang tidak ada alasan untuk
mengotori penantian ini dengan berburuk sangka kepadaNya. Karena sejatinya,
Allah itu tidak pernah berhenti memberikan nikmat kepada kita. Kenapa mesti
kita tidak bersyukur, kenapa mesti kita menggugat hanya karena sebuah alasan?
Ikhtiar terus dan terus ikhtiar :)
Sederhana saja harapan kami, semoga
ridho Allah senantiasa ada di dalam masa penantian ini. Baik jika penantian
kami sebentar lagi, atau masih lama ujungnya, atau bahkan akan menjadi
penantian yang selamanya, semoga ridho Allah selalu ada dalam keluarga kami.
Karena memang ridho Allah selalu dan selamanya menjadi yang utama bagi kami.
Jika Allah beri kesempatan kami
bertemu dengan berlian hati kami di dunia, semoga mereka bukan termasuk yang
disebutkan sebagai generasi yang lemah, melainkan menjadi anak sholeh-sholehah
yang akan bergabung dan menguatkan barisan penegak kalimat Allah di muka bumi
dan membuat kami semakin dekat denganNya.
Namun jika ternyata Allah tidak
menetapkan mereka untuk kami di dunia, semoga Ia mempertemukan kami dengan
mereka di syurga nanti, karena kami telah begitu rindu. Dan jika harus tidak
ada doa dari anak sholeh-sholehah untuk kami sebagai amal jariyah yang terus
mengalir, semoga Allah berkenan menerima harta yang kami waqafkan, juga ilmu2
yang kami sampaikan.
Ohya, ketika ada rekan kerabat sanak
saudara handai taulan yang bertanya, “Bagaimana
kabar keluarga kecilmu?” Sebenarnya saya selalu membatin, “Siapa bilang keluarga kecil sih? Keluarga
kami besar kok. Selain ada suami dan saya, anggota keluarga kami lainnya adalah
bahagia, semangat, sabar, ikhlas, dan pantang menyerah.” Ramai,
bukan? :)
#Untuk suamiku dan para suami
lainnya yang selalu berhasil membuat istrinya tetap merasa berharga di dalam
masa penantian. Great job! Hihi. Ikhtiar terus dan terus ikhtiar.
Gimana
menyentuhkan kan???? Mungkin bagi orang yang sudah merasakan menanti sebuah
berlian akan merasakannya tapi orang yang belum pernah sulit merasakan betapa
rindunya kami menanti berlian. Satu lagi
yang membuatku termotivasi ada satu komentar yang bilang seperti ini “Orang-orang yang setelah menikah langsung
mendapatkan berlian dari Allah, belum tentu memiliki ketegaran dan kesabaran
yang sama dengan dikau dek..Allah Maha Tahu apa yang seharusnya terjadi pada
kita. hanya sudut pandang kita yang bisa menjadikan kita berprasangka positif
atau negatif terhadap setiap ketentuan Allah...” Subhanallah sungguh luar biasa... semoga aku dan teman-teman yang lain yang menanti berlian senantiasa diberi kesabaran, ketegaran, keistiqomahan dan selalu berfikir positif amin......
0 comments:
Posting Komentar