Blogger Widgets

Rabu, 27 Agustus 2014

Menanti Berlian




“Menanti Berlian” itu judul artikel sebuah blog teman yang menginspirasiku, membangkitkan semangatku dan berhasil membuatku meneteskan air mata.  Bagaimana tidak setiap orang yang menikah pasti menginginkan mempunyai keturunan yang sholeh dan sholehah. Tapi apa daya rencana Allah lebih baik dari rencana manusia. Kurang lebih isi artikelnya di bawah ini :

Allah Maha baik. Terima kasih telah menakdirkan masa hidup Nabi Ibrahim, Bapak Imran, dan Nabi Zakaria lebih dulu dari masa hidup saya. Sehingga kisah mereka bisa menjadi pelajaran terbaik  buat saya dan para penanti lainnya. Mereka yang selalu berlaku taat selama penantian. Dan mereka yang mengimani secara murni bahwa sabar itu selalu berujung manis. Manis, karena akhirnya kesabaran dalam ketaatan mereka dan ketaatan dalam kesabaran mereka berbuah keturunan yang sangat berkualitas, walau harus melalui penantian yang tidak sebentar. Allah memang selalu adil.
“Kapan punya anak?” Pertanyaan yang sering dan sangat wajar tertuju kepada saya dari teman2, dari keluarga, dari semua orang yang tau saya tidak gagu dan tuli, sehingga mungkin mereka pikir saya akan dengan mudahnya menjawab pertanyaan mereka. Saya tidak muak ditanya seperti itu terus. Sungguh. Bagaimana bisa saya muak dengan rasa sayang dan peduli orang2 terhadap saya? Terima kasih. Senantiasalah bertanya, agar mudah bagi saya mengingat ketegaran Sarah istri Ibrahim dan move on-nya Aisyah istri Muhammad.
 
Dulu saya sering menjawab, “Allah belum percaya kayanya sama gue. Masih begajulan begini.” Atau “Mbak Aisynya masih seneng ngumpet kayanya, gamau nemenin bundanya mondar-mandir ngoass di rumah sakit.” Tapi oh ow, di atas sajadah suatu hari, saya menemukan jawaban yang lebih sederhana, namun sepertinya lebih baik, “Insya Allah, sebentar lagi. Doain, ye.” Bukankah Allah itu sesuai dengan prasangka hambaNya?”

Di atas sajadah suatu hari pula tercecap, “Ketika kita sulit mendapatkan suatu hal, sesungguhnya kita sedang dipermudah untuk mendapatkan yang lain” Yup, terinspirasi dari alam nasyroh. Tidak perlu saya eja satu-satu maksud dan contoh dari kalimat tersebut. Sangat jelas dan terang. Untuk konteks penantian kami pun benderang. So, memang tidak ada alasan untuk mengotori penantian ini dengan berburuk sangka kepadaNya. Karena sejatinya, Allah itu tidak pernah berhenti memberikan nikmat kepada kita. Kenapa mesti kita tidak bersyukur, kenapa mesti kita menggugat hanya karena sebuah alasan? Ikhtiar terus dan terus ikhtiar :)

Sederhana saja harapan kami, semoga ridho Allah senantiasa ada di dalam masa penantian ini. Baik jika penantian kami sebentar lagi, atau masih lama ujungnya, atau bahkan akan menjadi penantian yang selamanya, semoga ridho Allah selalu ada dalam keluarga kami. Karena memang ridho Allah selalu dan selamanya menjadi yang utama bagi kami.

Jika Allah beri kesempatan kami bertemu dengan berlian hati kami di dunia, semoga mereka bukan termasuk yang disebutkan sebagai generasi yang lemah, melainkan menjadi anak sholeh-sholehah yang akan bergabung dan menguatkan barisan penegak kalimat Allah di muka bumi dan membuat kami semakin dekat denganNya. 

Namun jika ternyata Allah tidak menetapkan mereka untuk kami di dunia, semoga Ia mempertemukan kami dengan mereka di syurga nanti, karena kami telah begitu rindu. Dan jika harus tidak ada doa dari anak sholeh-sholehah untuk kami sebagai amal jariyah yang terus mengalir, semoga Allah berkenan menerima harta yang kami waqafkan, juga ilmu2 yang kami sampaikan.

Ohya, ketika ada rekan kerabat sanak saudara handai taulan yang bertanya, “Bagaimana kabar keluarga kecilmu?” Sebenarnya saya selalu membatin, “Siapa bilang keluarga kecil sih? Keluarga kami besar kok. Selain ada suami dan saya, anggota keluarga kami lainnya adalah bahagia, semangat, sabar, ikhlas, dan pantang menyerah.” Ramai, bukan? :)

#Untuk suamiku dan para suami lainnya yang selalu berhasil membuat istrinya tetap merasa berharga di dalam masa penantian. Great job! Hihi. Ikhtiar terus dan terus ikhtiar.

Gimana menyentuhkan kan???? Mungkin bagi orang yang sudah merasakan menanti sebuah berlian akan merasakannya tapi orang yang belum pernah sulit merasakan betapa rindunya kami menanti berlian.  Satu lagi yang membuatku termotivasi ada satu komentar yang bilang seperti ini “Orang-orang yang setelah menikah langsung mendapatkan berlian dari Allah, belum tentu memiliki ketegaran dan kesabaran yang sama dengan dikau dek..Allah Maha Tahu apa yang seharusnya terjadi pada kita. hanya sudut pandang kita yang bisa menjadikan kita berprasangka positif atau negatif terhadap setiap ketentuan Allah...” Subhanallah sungguh luar biasa... semoga aku dan teman-teman yang lain yang menanti berlian senantiasa diberi kesabaran, ketegaran, keistiqomahan dan selalu berfikir positif amin......

Senin, 25 Agustus 2014

Happy Anniversary

"Happy Anniversary ya jeng...semoga selalu jadi keluarga yang samara"
sebuah sms dari sahabatku yang mengingatkanku bahwa 2 tahun yang lalu aku telah dinikahkan dengan seorang ikhwan pilihan Allah. Ya ampun bisanya ku lupa hehehehehe.... mungkin aku bisa lupa karena bagi kami ulang tahun pernikahan itu tidak kami peringati seperti halnya pasangan diluar sana. Tidak dirayakan dengan makan berdua, pesta atau yang lainnya. Kalo makan berdua hampir setiap hari makan berdua, jalan berdua setiap minggu juga jalan berdua (ke rumah mertua hehehehe). Alhamdulillah ada yang mengingatkan hari yang bersejarah itu, tepatnya tanggal 25 Agustus 2012 (7 syawal) aku menggenapkan dien. Walaupun pernikahan kami masih usia belia suka duka sudah banyak kami lewati. Sebagaimana yang diharapkan pasangan yang lain, semoga kami diberikan kebahagiaan dan kesejahteraan sepanjang hayat, dimudahkan dalam segala urusan dan dibukakan segala pintu kebaikan.amin...