Blogger Widgets

Jumat, 02 Januari 2015

Selalu ada wisata hati dalam perjalanan kami

Libur semesteran ini membuat kami tambah semangat, karena apa??? Liburnya tumben banyak bingit. Pekan pertama udah libur 2 hari dan di pekan kedua liburan ada 5 hari menanti untuk dimanfaatkan. Pekan pertama udah gagal untuk jalan bersama suami tercinta. Pekan kedua g boleh gagal. Tempat liburan belum terbersit di benak kami, kami masih bingung jalan-jalan ke mana ya yang dekat tapi tetap ada shilaturahimnya dan sorenya bisa pulang ke rumah. Karena beberapa tempat terdekat sudah kami kunjungi, pengennya sich tempat yang belum pernah dikunjungi (sok menjelajah gitu J).
Alhamdulillah pagi yang cerah menyambut (tepatnya 1 Januari 2015), sesegar senyum kami yang akan jalan berdua (ehm ehm cie cie…). Jam sudah menunjukkan jam 8 kami belum juga menemukan ide mau kemana, setelah usul ini itu akhirnya kami putuskan untuk ke daerah selatan yaitu daerah Wonogiri. Bismillah kami berangkat ke Wonogiri, di jalan masih bertanya-tanya dan berunding seru “MAU KEMANA KITA???”. Di jalan kita liat kanan kiri, liat petunjuk arah barangkali ada tempat yang mengasyikkan kita akan pergi kesana. Sampai di bendungan yang terkenal yaitu “Waduk Gajah Mungkur” kita lewati begitu saja, g minat blas. Kita jalan terus….eit kok di petunjuk arah ada tulisan gua apa gitu, karena hanya baca sekilas dan jalan satu arah… akhirnya kami terus lagi nyari lagi barangkali ada tempat yang menarik di hati kami.
Tepat mendekati lampu merah ada petunjuk arah menuju pantai (ternyata di Wonogiri ada pantai ya baru tau hehehehe) karena penasaran kita putuskan untuk ke pantai. Di petunjuk arah ada 3 pantai, semuanya asing menurut kami. Alhamdulillahnya arah pantainya hanya 1 arah mungkin pantainya saling berdekatan. Dengan penuh semangat dan senyum yang lebar, kita langsung meluncur ke pantai. Akhirnya kami menemukan tujuan juga hehehehehe. Dalam perjalanan ada yang membuat hati kita tertarik, di pinggir jalan banyak kotak-kotak berjajar “ISINYA APA ITU YA???” loh kok ada lebah beterbangan banyak di sekitar kotak. Kami pun berhenti dan bertanya kepada pemilik kotak-kotak itu. “Pak, baru ngapain?” Tanya kami dengan wajah yang polos. “Ini ternak lebah mas, saya baru memberi makan lebah-lebah ini karena ini belum musimnya bunga” kata si bapak. Waw…ilmu mahal nich di jurusan peternakan pun g ada ilmu perlebahan, kita pun tidak menyia-nyiakan untuk bertanya-tanya. Si bapak kelahirannya Wonogiri tapi tinggalnya di Kendal. Nah, si bapak tidak hanya ternak lebah saja di situ dia juga jualan madu harganya botol yang kecil 50ribu dan yang 1 botol besar seharga 100ribu. Si bapak selalu bertualang kadang ke jawa timur kadang ke jawa barat dan tidak merasa berat untuk membawa kotak ternak-ternaknya. Kotaknya banyak lo, mungkin 20an kotak ada. Dan di dalam 1 kotak lebahnya buanyak banget. Bapaknya dengan sabar menjelaskan pada kami, sambil menunjukkan lebah-lebahnya. Kami dikasih tau mana yang namanya Propolis dan Royal Jelly (kami sering mengkonsumsi propolis dalam bentuk cair, ternyata aslinya Propolis dan Royal Jelly itu padat). Kami juga di kasih tau juga raja dan ratunya lebah (raja dan ratunya gagah dan cantik hehehehe). Kami di rumah juga punya lebah tapi hanya di kayu yang di belah tanpa kita beri makan, biasanya lebahnya kan cari makan sendiri. Ternyata saat tidak ada bunga di sekitarnya, lebah harus di beri makan, makanannya gula pasir. Di beri makan supaya lebah-lebahnya tidak mati (ya iyalah manusia aja kalo g makan bisa mati). Makanya madu asli ada yang agak pahit dan ada juga yang manis itu karena tergantung yang di makan si lebah. Seperti kehidupan kita kalo makanan yang kita makan tidak halal itu juga akan berpengaruh kepada perilaku kita. Kenapa begitu penasarannya kepada lebah?? Why?? Karena lebah menghasilkan madu yang insya Allah bisa menyembuhkan berbagai penyakit. Karena begitu istimewanya salah satu surat di dalam al Qur’an pun ada yang dengan nama lebah (An Nahl). Setelah kami merasa cukup kami pamit, dan kami pun tertarik untuk ternak lebah seperti si bapak. Si bapak ternyata merespon dengan baik, kalau ingin ternak bapaknya siap untuk menjadi tutornya (TOP BGT kan???). Mudah-mudahan ada kesempatan untuk bertemu dan berkunjung lagi serta belajar lebih banyak lagi. Sambil meninggalkan si bapak, sambil tersenyum bahagia dalam hati kami berdoa “semoga si bapak selalu di beri kesehatan dan dimudahkan rezekinya” amin….
Kami melanjutkan perjalanan menuju pantai, berdasarkan arahan si bapak arah pantai sekitar 20 km. Sambil membeli minum dan camilan kita pun bertanya-tanya tentang arah pantai. Ketika di tanya “Pantai yang mana mb?”. Dengan wajah polos ku jawab “Pantai apa ya pak, kami lupa namanya” (sambil senyum kecut sekecut jeruk) bolak balik kami asing dengan nama pantainya jadi setiap liat tulisan arah pantai dan ditinggal ngobrol nama pantai nya lupa lagi. Dengan PDnya bertanya lagi “Em..pantai yang dekat sini pak? Kira-kira masih berapa km pak?”. Alhamdulillah dengan baiknya bapaknya mengarahkan kalo di situ ada 2 pantai, dan dikasih saran juga kalo yang paling lumayan bagus yang mana. Dari bertanya-tanya tadi kita putuskan ke pantai yang di sarankan yaitu PANTAI NAMPU. Setelah melewati jalan halus…jalan rusak….jalan agak halus….naik turun belok…jalan rusak…naik turun belok…jalan halus…jalan agak rusak (kami tidak bertanya-tanya lagi karena di jalan mendekati pantai banyak anak-anak Bantara yang mengarahkan kami). Hebat ya, yang lainnya aja pada berlibur mereka dengan kerelaan hati dan berpanas-panasan membantu orang-orang yang berlibur. Kita melewati tebing-tebing berbatu dan rumah-rumah yang suangat sederhana. Sederhana disini bukan sederhana di desa atau kota kita. Miris rasanya melihat kondisi perkampungan menuju pantai. Perkampungan satu dengan yang lain jaraknya pun jauh. Semakin mendekati pantai perkampungannya semakin sederhana. Satu kampung yang satu kampung dengan pantai, kondisinya memprihatinkan. Rumah-rumah tipenya pendek dan temboknya pun bukan tembok yang kuat dan kokoh tapi hanya dari asbes yang dipaku. Jadi tinggi rumah kebanyakan hanya setinggi asbes. Asbes kalo di tempat kita biasanya buat atap di teras. Ada satu dua rumah yang sudah di tembok itupun batanya masih kelihatan belum di lepo (bahasa jawa). Jadi satu dusun itu aku belum menjumpai satu rumah pun yang ada warnanya alias di cat. Ya Allah lagi-lagi di sini hatiku tersentuh sungguh beruntungnya, walaupun aku juga tinggal di desa tapi untuk akses kemana-mana aku mudah. Kalo butuh apa-apa juga bisa mencari dengan mudah. Ini warung kecil aja aku g tau dimana. Ekonomi mereka juga tingkat bawah, kebanyakan petani tapi lahan yang mereka tanami pun kurang menguntungkan karena lahannya yang bebatuan, tanaman tidak subur. Untuk pendidikan Sekolah Dasar aja jaraknya juga jauh. Apalagi SMP nya???? Entah dimana…mungkin dari segi pendidikan mereka juga kurang. Karena di pantainya sepertinya g ada mushola kami sholat ke masjid di dusun terdekat. Pertama yang kami tuju kamar mandi, gayungnya bukan gayung seperti halnya kita di rumah tapi hanya batok yang itupun sompil. Airnya harus ambil di tempat wudhu. Kondisinya tidak terurus. Ketika masuk ke masjid aku agak shok, hai ini tempat wisata kok masjidnya kayak gini???? Dalam masjid kuotor…ada 2 karpet yang di gelar sepertinya jarang dipakai karena kotor kami harus membersihkan sebelum sholat. Ketika ambil sajadah, waw…banyak nyamuk-nyamuk pada beterbangan. Ketika lihat mimbarnya, mimbar sudah tua mungkin karena tidak punya biaya untuk mengecat mimbarnya hanya di bungkus dengan kain (kalo di tempatku kain serbet yang buat jagong). Ketika kami memegang kursi dan mimbar, waw….debunya tebal banget mungkin masjid ini jarang dipakai. Sholat jum’at pun kayaknya juga jarang. Tambah miris lagi ada dua orang pemuda yang juga ke masjid itu, dia bilang sama rombongannya mau sholat. Ternyata hanya numpang ke kamar mandi lalu pergi astaghfirullah……… semoga suatu saat dusun ini bisa berubah lebih baik. Walaupun dusun ini membuat aku ngelus dodo terus, di balik dusunnya ternyata menyimpan sebuah pemandangan yang sungguh menakjubkan. Pantai yang indah menyegarkan mata kami yang memandang, udaranya sejuk seolah menghapuskan kelelahan kami di perjalanan. Di pantai Nampu ada dua bagian, yang bagian pertama pantainya panjang dan sempit ini yang paling banyak dikunjungi, bagian yang kedua berupa cekungan pantainya agak lebar dikit tapi pendek yang di sini hanya sedikit orangnya. Di sini g ada perahu karena tempatnya tidak memungkinkan jadi tidak ada nelayan juga disini. Pantainya di bawah tebing, untuk ke pantainya kalo dari parkiran harus jalan turun. Karena kami g mau basah-basahan dan ini cuacanya g tentu kami hanya menikmati pemandangan dari atas tebing. Subhanallah inilah kuasa Allah yang menciptakan keindahan yang luar biasa….  “Mana nikmat Tuhan-mu yang manakah yang kamu dustakan” (QS. Ar Rahman)
Alhamdulillah ke pantai sudah, saatnya shilaturahim ke salah satu teman suami (Niko namanya) di daerah Giritontro. Teman yang dibangun dengan ukhuwah islamiyah dan cinta, yaitu cinta karena Allah. Walaupun kenalnya hanya 1 semester saja saat di UNDIP tapi ukhuwahnya masih terasa sampai sekarang. Mungkin karena suami dan Niko senasib harus berjuang mencari tambahan biaya kuliah (dengan berjualan pakaian di yang mereka tawarkan ke teman-teman kuliah mereka). Orang tuanya pun sudah kami anggap seperti orang tua kami. Ketika mereka kangen mereka menghubungi, dan minta untuk dikunjungi subhanallah ya….. (baru pertama kali ini punya teman yang mengalahkan kedekatannya dengan keluarga sendiri). Mungkin karena kami yang terdekat dan lebih longgar waktunya, karena Niko jauh di Jakarta dan beliau jadi staff salah satu anggota DPR RI. Sebelum shilaturahim kami tidak memberitahu karena ingin membuat surprise, kira-kira perjalanan sekitar 10 menit lagi kami mengabari kalo kami mau mampir. Kami di telp, ternyata yang menelpon Niko. Wuih Niko di rumah pasti tambah rame dong, ada mb Ela (istri tercinta Niko) dan pasti ada Hilya (putri tersayang mereka yang sekarang berumur 2 tahun). Ketika kami datang mereka sudah menyambut di depan rumah dengan senyuman terindah mereka.. (mak nyes ini nich yang namanya ukhuwah)… kami mengobrol kesana kemari… Ada beberapa obrolan kami yang melekat di hatiku. Ketika bapaknya menasehati kami yang belum dikarunia anak, “Gpp mas mbak yang sabar. Yang penting itu kita bahagia. Bahagia tidak hanya dengan mempunyai anak”. Bapak Niko bercerita ada satu wanita yang selalu di ajak dalam duka katanya. Hanya duka??? Lha sukanya??? Bapaknya merasa selama ini banyak dukanya dibandingkan sukanya. Ujian yang begitu buanyak tidak menghalangi mereka untuk selalu bahagia dan bersyukur walaupun dalam kesederhanaan. So sweet…… (lagi-lagi hati ini serasa disiram air). Ketika kami disuruh makan, kami masih kenyang karena sebelum kesitu kami makan dulu di jalan. Kami menolak untuk makan, tanpa memaksa bapaknya menyuruh dengan halus dengan bercerita. Walaupun sudah makan di jalan atau ada acara di kantor (beliau guru SMA), sampai rumah itu walaupun kenyang harus lapar lagi karena di rumah ada masakan bidadari (cie ibunya langsung senyum-senyum malu). Jadi bapaknya bilang kalo belum makan masakan rumah belum puas subhanallah….berapa orang laki-laki yang seperti itu??? Yang sangat menghargai istrinya. Dan berapa orang wanita??? Yang meluangkan waktunya untuk memasak demi suami tercinta, kebanyakan wanita yang super sibuk hanya dengan membeli masakan instan merasa sudah terpenuhi kewajibannya padahal setiap 1 butir nasi yang dimasak pahalanya luar biasa tentunya dengan perasaan ikhlas. Subhanallah…inspiratifnya keluarga ini semoga kami bisa mencontoh keluarga yang hebat ini, yang tidak menunjukkan beban di dalam hidupnya, selalu bersemangat, yang lembut dalam menasehati, yang selalu tersenyum dalam menghadapi ujian-Nya, yang selalu ada canda dan tawa dalam tangisnya, yang selalu bersegera sholat ketika adzan berkumandang, yang selalu bersyukur dalam kesederhanaan, yang selalu bersabar dan tawakal dengan ketentuan Allah SWT. Terima kasih ya Allah kami sudah dipertemukan dengan keluarga yang luar biasa ini, semoga ukhuwah kami tetep terjaga dan semoga kami bisa disatukan dalam surga-Mu Ya Allah amin….
Alhamdulillah kami adzan maghrib sudah sampai rumah orang tua kami yang ada di gunung. Hari ini kami mendapat charger yang full…semoga bisa kami bisa memanfaatkan dengan sesuatu yang baik. Selanjutnya memanfaatkan libur yang tinggal 3 hari (1 hari mengabdi di rumah mertua, 1 hari ke Jogja with my best friend, 1 hari outbond remaja). Allahu Akbar!!!!